Belajarlah dan tetapkan standar nilai yang kauinginkan itu sebagai sesuatu yang kau raih untuk dirimu sendiri - bukan untuk orang lain
Jason Samuel, 16 Tahun (Taste Berries for Teens)
Beberapa hari yang lalu, saya pergi mencari buku Chicken Soup for the teacher soul. Namun, setelah hampir menanyai semua toko buku tidak ada 1 toko buku pun yang memiliki edisi tersebut Saat sudah putus asa, di toko buku terakhir saya menemukan buku seperti Chicken Soup dengan judul Taste berries for Teens. Akhirnya, dibelilah buku tersebut. Salah satu cerita yang sangat menginspirasi adalah berikut :
Selamat membaca
Waktu aku duduk di kelas 1 SMP, sangat penting bagiku untuk mendapat nilai bagus - untuk menyenangkan hati ayahku. Setiap kali menerima rapor yang terus kubawa pulang, aku duduk dengan tidak sabar menunggu senyumannya dan pujiannya karena aku mendapat nilai bagus. Biasanya nilaiku A dan B. Lalu, pada suatu semester aku mendapat nilai D, jadi aku berkata kepada Ayahku, "Aku tak percaya guruku memberi nilai D."
"Tidak," Ayahku membenarkan. "Gurumu tidak memberimu nilai D. kau yang meraih nilai D. Gurumu juga tidak memberimu tiga nilai A dan satu nilai B. kau meraihnya, seperti kau meraih nilai D. Jika kau perlu bantuan dalam suatu mata pelajaran susah bagimu, Ayah mau melakukan apa yang Ayah bisa untukmu. tetapi, pada akhirnya, Ayah ingin kau belajar dan menetapkan standar nilai yang kauinginkan itu sebagai sesuatu yang kau raih untuk dirimu sendiri - bukan untuk ayah."
Aku rasa Ayahku mengatakan 2 hal yang baik. pertama, dia benar; guruku tidak memberiku nilai, aku yang meraih nilai. kedua, aku semestinya meraih nilai itu untuk diriku, bukan untuk ayahku. Aku belajar memikul tanggung jawab atas nilai-nilai yang "kuraih" dan memandangnya sebagai sesuatu yang kuinginkan untuk diriku. Aku masih tetap ingin menyenangkan hati Ayahku - rasanya hal itu tidak akan berubah selamanya. akan tetapi, akulah orang yang menetapkan standar untuk hal - hal yang kuinginkan untuk diriku. Akulah orang yang harus kubuat senang, setidaknya akulah orang pertama yang harus merasa senang.
Dan Ayahlah yang mengajariku begitu. Ini menunjukkan bahwa dia mempercayaiku untuk menetapkan standar untuk diriku sendiri. Menurutku, itulah integritas: mempercayai diri sendiri untuk jujur. Lagipula, kalau kita bisa jujur kepada diri sendiri, dengan sendirinya kita akan bisa jujur kepada orang lain.Jason Samuel, 16 Tahun (Taste Berries for Teens)
Semoga kisah yang ditulis ini dapat menjadi inspirasi terutama bagi kalian yang sedang berjuang dalam studi. God Bless You
Tidak ada komentar:
Posting Komentar